Translate

Sabtu, 17 Maret 2012

Peran Orang Tua dalam menumbuhkan minat baca


Untuk mensiasati supaya masyarakat kita gemar membaca dan membaca adalah suatu kebutuhan sehari-hari, maka tidak ada jalan lain peranan orang tua sangat dibutuhkan dengan cara membiasakan anak-anak usia dini untuk mengenal apa yang dinamakan buku dan membiasakan untuk membaca.dan bercerita terhadap buku yang dibacanya. Hal ini harus dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat  dalam diri si anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan sekedar hobi melulu.
Peran Pemerintah dalam menumbuhkan minat baca
Peranan pemerintah daerah dibantu oleh kalangan dunia pendidikan, media masa, gerakan masyarakat cinta buku untuk  bersama-sama merangkul pihak-pihak swasta yang mempunyai kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mensponsori pendirian perpustakaan-perpustakaan kecil dilingkungan masyarakat seperti desa/kampung dengan bantuan berupa sarana dan prasarana dan koleksi perpustakaan yang pengelolaannya diserahkan kepada Ibu-Ibu PKK atau Karang Taruna.   Supaya gebyarnya lebih meluas  perlu diadakan lomba yang bisa di ekspos oleh media massa lokal maupun  nasional dengan iming-iming berupa hadiah yang menarik sebagaimana  lomba green and clean di Surabaya, dan ini harus dilakukan secara continue setiap tahunnya. 
Peran Lembaga Pendidikan dalam menumbuhkan minat baca
Peranan kepala sekolah sangat penting sebagai ujung tombak terhadap pendirian perpustakan dan fungsi guru dan pustakawan sebagai pengembangan perpustakaan harus selalu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah daerah,  karena banyak sekolah dasar sampai menengah belum memiliki perpustakaan dan kalaupun ada sifatnya stagnasi  dan tidak berkembang karena kesulitan dana.  Pemerintah Daerah yang  sebenarnya harus  memfasilitasi perpustakaan sekolah dengan cara menggandeng pihak-pihak swasta sebagai sponsor atau sebagai mitra.  Perpustakaan keliling yang sudah ada sekarang ini perlu ditingkatnya dan  diperluas jangkauannya dengan penambahan armada dan koleksi setiap tahunnya dan  bukan malah sebaliknya  semakin  tahun semakin menurun dan akhirnya tidak beroperasi lagi  dan ini harus mendapat perhatian serius dari kita semua kalau   menginginkan bangsa kita cerdas dan pandai sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.
Di samping itu, orangtua juga perlu menetapkan jam wajib baca. Tiap anggota keluarga, baik orangtua maupun anak-anak diminta untuk mematuhinya. Di tengah kesibukan di luar rumah, semestinya orangtua menyisihkan waktunya untuk membaca buku, atau sekadar menemani anak-anaknya membaca buku. Dengan begitu, anak-anak akan mendapatkan contoh teladan dari kedua orang tuanya secara langsung.
Sedangkan di tingkat sekolah, rendahnya minat baca anak-anak bisa diatasi dengan perbaikan perpustakaan sekolah. Seharusnya, pihak sekolah, khususnya Kepala Sekolah bisa lebih bertanggung jawab atas kondisi perpustakaan yang selama ini cenderung memprihatinkan. Padahal, perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar yang sangat penting bagi siswanya. Dengan begitu, masalah rendahnya minat baca akan teratasi.
Selanjutnya, pemerintah daerah dan pusat bisa juga menggalakkan program perpustakaan keliling atau perpustakaan menetap di daerah-daerah.
·  Proses pembelajaran di kampus harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar lainnya. Disinilah peran dosen sebagai pendidik dan pengajar memberikan motivasi melalui pembelajaran mata pelajaran yang relevan memberi tugas kepada peserta didiknya.
·  Menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh daya beli pelajar dan mahasiswa.
·  Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik. Bahkan seorang penulis Henny Supolo Sitepu mengemukakan bahwa komik adalah salah satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu “pintu masuk” untuk kesenangan anak membaca. Pesan yang disampaikan mudah dicerna anak. Komik, semisal Tintin, dari gambar tokohnya sudah bisa “berbicara” dan bikin tertawa. Bahkan anak yang belum bisa baca-tulis pun akan menangkap ceriteranya.
·  Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca mahasiswa. Baik di rumah maupun di sekolah.
·  Menumbuhkan minat baca sejak dini. Bahkan sejak anak mengenal huruf. Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya.
·  Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/ kabupaten dengan melibatkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas, dan sekolah-sekolah. Dengan mewajibkan pelajar dan mahasiswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut.
·  Membentuk forum-forum diskusi yang tujuan utamanya adalah menumbuhkan dan meningkatkan minat baca para mahasiswanya sekaligus sebagai dasar membuat tulisan karena dalam forum ini mahasiswa akan meresensi buku yang disediakan pihak kampus.
·  Kegiatan bedah buku dan semacamnya dengan harapan kesadaran mahasiswa akan pentingnya buku akan tumbuh.
Kebijakan Pemerintah
Sebenarnya bukan tidak peduli atau duduk saja. Pemerintah sejak dahulu sudah melalui berbagai upaya seperti pengadaan buku-buku wajib anak melalui departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1990an. Lalu pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri menyediakan 50 rumah baca yang tersebar di seluruh Indonesia, yang pada waktu peresmiaanya dipusatkan di rumah Baca Pesisir kota Cirebon. Bahkan pengadaan perpustakaan keliling yang diharapkan bia untuk menjangkau seluruh wilayah di belum memiliki fasilitas perpustakaan atau taman baca. Tetapi hingga kini harus diakui ketersediaanya tangan pemerintah untuk menampung atau menfasilitasi kepentingan ini masih belum maksimal.
Bahkan Kepala Pusat Bahasa, Dr. Dendy Sugono mengemukakan, untuk meningkatkan minat baca pada masyarakat, keberadaan bahan bacaan pada ruang publik seperti di sekitar pasar, terminal, stasiun dan pusat keramaian lain, semakin diperlukan (kapanlagi.com, 24 Agustus 2007).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar