Translate

Sabtu, 01 Oktober 2011

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PERCOBAAN KE 4 STOIKIOMETRI


Disusun Oleh
KELOMPOK 1B
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
1.      ASWAR                                                               1009025059
2.      DIPPO SUSETYO NUGROHO                       1009025016
3.      HAFID RADATYA                                           1009025015               
4.      SADDAM BUSTOMY                                       1009025058
                       

                                          Samarinda, 20 Desember 2010


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perubahan suatu zat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan fisika itu sendiri merupakan perubahan materi yang tidak menghasilkan zat baru, dimana yang mengalami perubahan hanyalah bentuk dan wujudnya.sebagai contoh dari perubahan fisika adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam siklus air. Sedangkan perubahan kimia adalah perubahan suatau materi yang akan menghasilkan zat baru, dan perubahan kimia ini sering di sebut dengan reaksi kimia.
Dalam suatu reaksi kimia, kita dapat mengetahui gejala-gejala terbentuknya zat baru yang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya reaksi kimia antara lain, timbulnya gas, adanya endapan, terjadinya perubahan warna dan terjadinya perubahan suhu.
Setiap zat murni yang diketahui, baik unsure maupun senyawa, mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memerikan suatu reaksi kimia ialah menulis rumus untuk tiap zat yang  terlibat dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia  meringkaskan sejumlah besar informasi mengenai zat–zat yang terlibat  dalam reaksi. Persamaan itu tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan  zat–zat yang terlibat.
Pengetahuan mengenai stoikiometri dalam merencanakan suatu percobaan maupun dalam industri, dengan memahami apalagi mempraktekkan stoikiometri maka kita dapat menghitung atau memperkirakan jumlah zat yang harus direaksikan serta memperkirakan jumlah produknya.
Selain gejala-gejala yang di sebut di atas, dalam reaksi kimia kita harus mengetahui secara pasti jumlah zat yang bereaksi. Untuk itu kita memerlukan satuan yang menyatakan jumlah zat yang telah bereaksi. Dimana satuan tersebut adalah mol dan cara perhitunganzat dalam reaksi kimia di sebut stoikiometri. Sehingga dalam percobaan ini kita akan mengetahui apa sebenarnya arti dari stoikiometri dan bagaimana pengaruhnya terhadap reaksi kimia.
           
1.2   Tujuan
     Mengetahui perbedaan reaksi stoikiometri dan reaksi non stoikiometri.
     Mengetahui pengertian reaksi eksoterm dan endoterm.
     Mengetahui titik maksium dan titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem.



















BAB 2
TINJAUAN  PUSTAKA

            Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani stoicheion, artinya unsur. Dari literatur, stoikiometri artinya mengukur unsure – unsure. Istilah ini umumnya  digunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacam pengukuran yang lebih luas dan meliputi perhitungan yang didasarkan pada rumus – rumus dan persamaan – persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri.
            Suatu pereaksi ialah zat apa saja yang mula – mula terdapat dan kemudian diubah selama suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi ialah zat apa saja yang dihasilkan selama reaksi kimia. Suatu persamaan kimia ( atau persamaan kimia berimbang ) menunjukkan rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil reaksi, dengan banyaknya atom tiap unsure dikiri dan dikanan anak panah sama, misalnya persamaan berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan oksigen yang menghasilkan air ditulis sebagai
2H2O  +  O2                        2H2O
Rumus H2 menyatakan bahwa sebuah molekul hydrogen tersusun dari dua atom itu adalah molekul diatom, sama seperti molekul oksigen (O2). Molekul air (H2O) merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua hydrogen dan satu oksigen. Persamaan itu menyatakan bahwa dua molekul hydrogen bereaksi dengan satu molekul oksigen, menghasilkan dua molekul air.

2.1 Hukum-hukum Dasar Kimia
  1. Hukum kekekalan massa (Lavoisier)
Menyatakan bahwa “ massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama “. Hukum ini juga dikenal dengan hukum kekekalan zat yang menyatakan bahwa materi tidak dapat dimusnahkan.
  1. Hukum perbandingan berganda (Dalton)
” Jika dua unsur dapat membentuk dua macam senyawa, maka massa yang sama dari salah satu unsur dikedua senyawa akan menyebabkan massa unsur yang lain akan berbanding sebagai bilangan sederhana (kecil dan bulat).

  1. Hukum perbandingan timbal balik (Richter)
” Jika A dan B dapat membentuk senyawa, dan masing-masing dapat pula membentuk senyawa dengan unsur lain, misalnya AC dan BC, maka massa yang sama dari unsur C dikedua senyawa akan menyebabkan perbnadingan A dan B dalam AC dan BC sama dengan perbandingan A dan B dalam senyawa AB sama dengan perbandingan A dan B dalam senyawa AB atau kelipatan sederhana dari padanya.
  1. Hukum perbandingan setara
” Bila suatu unsur bergabung dengan unsur lain, maka perbandingan massa kedua unsur tersebut sama dengan perbandingan massa ekuivalennya (atau suatu kelipatan sederhana dari padanya).”
  1. Hukum perbandingan tetap ( Proust )
” Perbandingan massa unsur –unsur pembentuk senyawa selalu tetap.”
  1. Hukum penyatuan volume ( gay Lussac )
“ Pada suhu dan tekanan tertentu, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan gas hasil reaksi selalu berbanding sebagai bilangan kecil dan bulat.”
  1. Hukum avogadro
” Pada suhu dan tekanan tertentu, setiap gas yang volumenya sama akan mengandung jumlah partikel yang sama.”

2.2 Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Realtif
Massa setiap atom satu per satu sangat kecil sekali, bahkan atom yang paling berat pun massanya kurang dari 5 x 10-25  kg ialah bilangan yang sangat kecil dan sukar untuk ditetapkan dalam perhitungan.
Untuk memudahkan dalam mengingat maupun dalam perhitungan – perhitungan massa satu atom atau massa  satu molekul dinyatakan dengan satuan massa atom (atomic massa unit) (SMA). Atom yang dipakai sebagai patokan adalah isotop karbon C1 dengan lambang 12C. Dimana massa 1 atom karbon c = 12 SMA, 1 SMA adalah satuan massa yang sangat keal (1 SMA = 1.66 c 10-24  satuan).
2.2.1  Massa Atom Relatif
Massa realtif suatu atom (Ar) adala perbandingan massa satu atom unsur dengan 1/12 massa 1  atom 12C (2,00 x 10-23 gr)
Massa atau realtif (Ar) mempunyai sinonim
-        Berat atom (BA)
-        Nomor atom
-        Bilangan massa
2.2.2        Massa Molekul Relatif (Mr)
Massa molekul relative (Mr) suatu zat merupakan perbandingan massa 1 molekul zat dengan 1/12 massa 1 atom 0C (2,00 x 10-23  gr)

Massa molekul relatif (Mr) mempunyai sinonim:
-        Berat molekul (BM)
-        Massa rumus
-        Massa formula
Massa molekul realtif senyawa adalah jumlah total massa atom relatif unsur-unsur penyusunnya.

2.3  Konsep Mol
Reaksi kimia berlangsung antara partikel-partikel pereaksi dalam perbandingan tertentu sesuai dengan koefisien reaksinya. Dalam reaksi kimia dapat mencampurkan pereaksi dalam perbandingan yang tepat sehingga tidak ada zat yang bersisa. Namun mengingat ukuran partikel yang sangat kecil terjadi masalah dalam menentukan jumlah partikel zat tersebut dan oleh karena itu timbullah konsep mol yang menghubungkan massa zat dengan jumlah partikel zat sehingga dapat ditentukan jumlah partikel dengan menimbang massa zat. 
Mol sendiri memiliki beberapa arti yaitu :
a.       Satu mol zat adalah banyaknya zat tersebut yang mengandung L partikel. Dimana L merupakan bilangan Avogadro = 6.02 x  10-23  partikel
b.      Satu mol zat/ volume molar adalah banyaknya zat pada keadaan suhu 0C dan tekanan 1 atau (keadaan standar/ STP) adalah 22,4 l.
c.       Satu mol zat/ massa molar adalah banyaknya zat yang sesuai dengan Ar atau Mr zat tersebut dan dapat dinyatakan dalam gram.
Hubungan mol, jumlah partikel dan volume gas dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :









2.3.1 Hubungan Mol dengan Massa
Dapat dikatakan mol adalah suatu besaran dalam ilmu kimia yang menyataan banyaknya partikel yang sma dari suatu zat. Dengan kata lain bahwa unit segala macam zat jika molnya sama, jumlah partikelnya sama, tetapi karena massa atom/massa molekulnya tiap zat berbeda juga berbeda, dengan ditetapkannya konsep massa atom realtif (Mr) maka hubungan mol dan massa zat dapat dirumuskan sebagai berikut:

1 mol unsur = Ar gram unsur
1 mol unsure/senyawa. Mr gram unsur/ senyawa

Jadi 1 mol suatu zat ialah bilangan yang dinyatakan dalam gram yang banyaknya sesuai dengan Ar/Mr zat tersebut. Dengan demikian hubungan erat antara mol dengan gram sebagai berikut :
Dapat dituliskan :
Mol =   Gram                             Ar / Mr   = Gram
            Ar/ Mr                                                Mol
2.3.2  Hubungan Mol dengan Volume Gas
Volume Standar
      Yang dimaksud dengan volume standar ialah volume gas yang diukur pada suhu OoC dan tekanan 1 atm. Volume standar ini biasanya disebut juga volume pada keadaan STP.
      Dengan menggunkan berat gas oksigen pada keadaan STP dapat dihitung bahwa berat 1 mol gas oksigen (OoC, 1 atm) adalah 22,4 l.
                                
Volume Gas pada Keadaan Standar
      Menurut rumus Boyle dan Gay Lussac, hasil kali tekanan (P) dan volume (v) dibagi dengan suhu mutlaknya selalu tetap atau dirumuskan :
Maka pada keadaan standar yaitu pada suhu OoC,tekanan 1 atm = 76 cm (Hg, hasil bagi PV/ T untuk 1 ml gas 10oC, 1 atm selalu 0,0082. bilangan 0,0082 ini dinyatakan sebagai tetapan gas ditulis dengan notasi (R).

2.4  Persamaan Reaksi
   Reaksi kimia dituliskan dengan simbol-simbol yang disebut persamaan kimia, yang menyatakan semua reaksi yang terlibat dalam reaksi tersebut dan semua produk terbentuk. Suatu reaksi dikatakan benar, jika memenuhi hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan muatan. Untuk memenuhi kedua hukum tersebut, koefisien reaksi harus disetarakan.
Pereaksi pembatas dan berlebihan. Perhitungan banyaknya pereaksi yang diperlukan atau hasil reaksi yang diperoleh dilakukan berdasarkan angka banding stoikiometri yang ditunjukkan dalam persamaan. Persamaan berimbang. Namun dalam praktek  kondisi reaksi hampir selalu berbeda. Di laboratorium di industri atau dalam alam. Tak dapat diharapkan bahwa banyaknya pereaksi yang tersedia kebetulan tepat sama yang dibutuhkan untuk reaksi tersebut.
Sebelumnya reaksi adalah zat yang bereaksi habis dan karena itu membatasi kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu. Pereaksi atau pereaksi. Pereaksi lain dikatakan berlebih karena tertinggal sejumlah yang tak bereaksi. Perhitungan yang didasarkan pada persamaan yang berimbang haruslah dimulai dari banyaknya pereaksi pembatas.Rumus suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa secara kimia dalam suatu satuan zat. Ada beberapa jenis rumus, antara lain :
·         Rumus unsure Unsure kebanyakan ditulis berupa lambangnya saja. Misalnya, Natrium,Na,besi,Fe,perak,Ag, dan timah, Sn. Namun terdapat tujuh unsure yang lazim dikenal, yang hamper selalu berupa molekul diatom, yakni hydrogen, nitrogen, oksigen, fluor, klor, brom, dan iod ; rumus mereka adalah H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, I2.  Disamping itu oksigen mempunyai suatu bentuk triatom yang khusus, O3, ozon, ada unsure – unsure selain yang tujuh tersebut diatas, yang juga berbentuk molekul dengan dua atom atau lebih yang disebut molekul poliatom, misalnya molekul S8 dari belerang dan molekul P4 dari fosforus.
·         Rumus empiris, menyatakan perbandingan  bilangan bulat terkecil dari atom – atom yang membentuk suatu senyawa, misalnya H2O2 mempunyai rumus empiris HO.
·         Rumus molekul, menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya yang terdapat dalam molekul atau satuan terkecil dari suatu senyawaan.
Dengan mengetahui beberapa sifat jenis reaksi, kita dapat menerangkan reaksi-reaksi kimia lebih mudah, dan mungkin reaksi menjadi lebih mudah dipahami. Jenis-jenis reaksi kimia adalah sebagai berikut:
·         Reaksi pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa tergabung dengan O2 membentuk senyawa yang mengandung O2 sederhana, misalnya CO2, H2O, dan SO2. Reaksi propane dengan oksigen dan trietilena glikol dengan oksigen merupakan reaksi-reaksi pembakaran.
·         Penggabungan (sintesis) adalah suatu reaksi dimana suatu zat yang lebih kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa) seperti reaksi :
2H2 + O2 à 2H2O
·         Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih sederhana, seperti reaksi:
2Ag2O à 4Ag + O2











BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1    Alat dan Bahan
         3.1.1    Alat
     Gelads Kimia 50 mL
     Gelas Ukur 25 Ml
     Enlemeyer
     Termomether
     Hot plet
     Pipet Tetes
   3.1.2    Bahan
     Larutan NaOH 1 M
     Larutan HCl 1 M
     Larutan H2SO4
     Aquades
     Tissu

3.2    Prosedur Percobaan
3.2.1    Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl
     Dimasukkan larutan NaOH 1 M berturut-turut 2 mL, 4 mL, 6 mL ke dalam enlemeyer dan di ukur suhu masing-masing menggunakan termomether, lalu di catat.
     Dimasukkan larutan HCl 1 M berturut-turut 6 mL, 4 mL, 2 mL ke dalam gelas kimia dan di ukur suhu masing-masing menggunakan termomether, lalu di catat.
     Dicampurkan kedua larutan tersebut kedalam gelas kimia, kemudian diukur suhu campuran menggunakan termomether, lalu dicatat.
3.2.2    Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4
     Dimasukkan larutan NaOH 1 M berturut-turut 2 mL, 4 mL, 6 mL ke dalam enlemeyer dan di ukur suhu masing-masing menggunakan termomether, lalu di catat.
     Dimasukkan larutan H2SO4 1 M berturut-turut 6 mL, 4 mL, 2 mL ke dalam gelas kimia dan di ukur suhu masing-masing menggunakan termomether, lalu di catat.
     Dicampurkan kedua larutan tersebut kedalam gelas kimia, kemudian diukur suhu campuran menggunakan termomether, lalu dicatat.

























BAB 4
PEMBAHASAN

4.1    Tabel Pengamatan
4.1.1    Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl
No
V NaOH (Ml)
V H2SO4  (Ml)
Suhu NaOH
Suhu H2SO4
Suhu Campuran
A
B
C
2
4
6
6
4
2
32o
29 o
30 o
30 o
30 o
31 o
32 o
30 o
29 o






4.1.2    Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4
No
V NaOH (Ml)
V HCl (Ml)
Suhu NaOH
Suhu HCl
Suhu Campuran
A
B
C
2
4
6
6
4
2
30o
30 o
31 o
30 o
31 o
29 o
31 o
32 o
30 o
               






4.2 Reaksi
4.2.1    Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl
            NaOH(aq) + HCl(aq) à NaCl(aq) + H2O(l)
4.2.2    Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4
                        2NaOH(aq) + H2SO4(aq) à Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
4.3 Perhitungan
4.3.1    Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl

-    2 ml NaOH 1 M dengan 6 ml HCl 1 M
n  NaOH           =   V. M                    n HCl = V. M
                                                  = 2 ml . 1 M                       = 6 ml. 1 M
                                                  = 2 mmol                            = 6 mmol
                    
                              NaOH (aq) +  HCl  (aq)            
                      m           2 mmol     6  mmol                 -                             -
                       r           2 mmol      2  mmol              2 mmol                2 mmol
                       s          - mmol        4  mmol              2 mmol                2 mmol
                        Yang tersisa adalah NaOH ( 4 mmol )
                               V = n/M     4 mmol/ 1M          = 4 ml

-    4 ml NaOH 1 M dengan 4 ml HCl 1 M
n  NaOH           =   V. M                    n HCl = V. M
                                                  = 4 ml . 1M                        = 4 ml. 1 M
                                                  = 4 mmol                            = 4 mmol

                         NaOH (aq) + HCl  (aq)    
                   m       4 mmol        4  mmol              -                 -
                    r        4 mmol        4  mmol         4 mmol     4 mmol
                    s        0                    0                   4 mmol     4 mmol

Tidak ada reaksi yang tersisa

-    6 mL NaOH 1 M dengan 2 mL HCl 1 M
  n  NaOH         =   V. M                    n HCl = V. M
                                                  = 6 ml . 1 M                       = 2 Ml. 1 M
                                                  = 6  mmol                           = 2 mmol
                              NaOH (aq) + HCl  (aq)    
                       m        6 mmol     2  mmol                 -                -
                       r          2 mmol     2  mmol           2 mmol       2 mmol
                       s           4 mmol    0                      2 mmol       2 mmol
                  Yang tersisa adalah NaOH ( 4 mmol )
                               V = n/M     4 mmol/ 1 M         = 4 ml
4.3.2 Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4

-                      2 ml NaOH 1 M dengan 6 ml H2 SO4   1 M
n  NaOH                 = V. M                 n H2 SO4             = V. M
                                                       = 2ml . 1 M                                  = 6 ml. 1 M
                                                       = 2 mmol                                      = 6 mmol

                                    2 NaOH (aq) + H2 SO4  (aq)   H2SO4 (aq) + 2H2O (l)   
                             m     4 mmol         6 mmol            -                      -
                             r       4 mmol          2 mmol                 4 mmol            4 mmol
                             s              0             4 mmol                 4 mmol            4 mmol

Yang tersisa adalah H2SO4   (4 mmol)
      V = n/m     4 mmol/ 1M           = 4 ml
  
-          4 ml NaOH  1 M dengan 4 ml H2SO4  1 M
n    NaOH               = V.M                  n H2 SO4          = V.M
                                                       = 4 ml. 1 M                                  = 4 ml. 1 M
                                                       = 4 mmol                                      = 4 mmol

            2 NaOH (aq) + H2 SO4  (aq)   2H2O (l)
                             m        8 mmol          4  mmol                     -                      -
                             r          8 mmol          4 mmol                4 mmol            8 mmol     
                             s              0                0 mmol                4 mmol            8 mmol     

Tidak ada reaksi yang tersisa

-          6 ml NaOH 1 M dengan 2 ml   H2SO4  1 M
n  NaOH                 =   V. M                n H2SO4 = V. M
                               =  6 ml . 1 M                       = 2 ml. 1 M
                               = 6 mmol                 = 2 mmol
                                               
            2 NaOH (aq) + H2 SO4  (aq)   2H2O (l)
    m       12 mmol         2  mmol                      -                       -
     r         4  mmol          2 mmol                2  mmol            4 mmol
     s         8   mmol         0 mmol                2  mmol            4 mmol
                                               
Yang tersisa adalah NaOH ( 8 mmol )
            V = n/m     8 mmol/ 1M     = 8 ml 

4.4 Pembahasan
      Percobaan ini dilakukan berdasarkan perbandingan pada koefisien dari suatu persamaan reaksi yang telah disetarakan. Percobaan ini termasuk dalam stoikiometri dimana sroikiometri merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan-hubungan kuantitatif dari suatu reaksi kimia atau senyawa kimia. Reaksi stoikiometri adalah reaksi dimana jumlah mol mula-mula seluruh pereaksi habis pada saat bereaksi, sehingga tidak memiliki mol sisa. Sedangkan reaksi non-stoikiometri merupakan reaksi dimana masih terdapat mol sisa dari pereaksi setelah terjadinya reaksi. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah metode variasi kontinyu, yaitu dilakukan serangkaian pengamatan yang kuantitas molar totalnya sama tetapi masing-masing molar pereaksinya berubah-ubah(bervariasi). Tujuannya yaitu untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem.
      Pada percobaan yang dilakukan terdapat reaksi stoikiometri pada sistem NaOH dan HCl dengan konsentrasi 1M dan volume masing-masing 4 mL. Dan pada sistem NaOH dan H2SO4 denagan konsentrasi dan volume yang sama, sedangkan reaksi non-stoikiometri terdapat pada sistem NaOH dan HCl anrata 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL HCl 1 M, yaitu HCl yang meiliki mol sisa. Sedangkan pada reaksi antara 6 mL NaOH 1 M ditambahkan 2 mL HCl 1 M, yaitu NaOH yang memiliki mol sisa.
      Pada percobaan 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL HCl 1 M, suhu mula-mula NaOH 30oC dan HCl 30oC, sedangkan suhu campuran keduanya 31oC. Karena mengalami penambahan suhu, maka reaksi ini dinamakan reaksi eksoterm.
      Pada percobaan 4 mL NaOH 1 M ditambahkan 4 mL HCl 1 M, suhu mula-mula NaOH 30oC dan HCl 31oC, sedangkan suhu campuran keduanya mengalami penambahan suhu dari kedua suhu awal yaitu 32oC, maka reaksi ini dinamakan reaksi eksoterm.
      Pada percobaan 6 mL NaOH 1 M ditambahkan 2 mL HCl 1 M, suhu mula-mula NaOH 31oC dan HCl 29oC, sedangkan suhu campuran dari kedua zat tersebut berada diantara suhu awal yaitu 30oC.
       Pada percobaan 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL H2SO4 1 M, suhu mula-mula NaOH 32oC dan H2SO4 30oC, sedangkan suhu campuran keduanya 32oC. Karena mengalami penambahan suhu, maka reaksi ini dinamakan reaksi eksoterm.
      Pada percobaan 4 mL NaOH 1 M ditambahkan 4 mL H2SO4 1 M, suhu mula-mula NaOH 29oC dan H2SO4 30oC, sedangkan suhu campuran mengalami penambahan suhu dari salah satu suhu awal yaitu 30oC, maka reaksi ini dinamakan reaksi eksoterm.
      Pada percobaan 6 mL NaOH 1 M ditambahkan 2 mL H2SO4 1 M, suhu mula-mula NaOH 30oC dan H2SO4  31oC, sedangkan suhu campuran dari kedua zat tersebut mengalami penurunan yaitu 29oC, , maka reaksi ini dinamakan reaksi endoterm.
      Reaksi-reaksi dalam stoikiometri diantaranya adalah reaksi eksoterm, reaksi endoterm,reaksi pembatas dan reaksi sisa. Reksi eksoterm adalah reaksi yang mengeluarkan kalor dari sistem ke lingkungandan pada reaksi tersebut dikeluarkan panas sehingga menyebabkan penambahan atau penaikan suhu. Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari sistem ke lingkungan dan reaksi tersebut memerlukan panas sehingga menyababkan suhu berkurang atau menurun.
      Bila digambarkan grafik antara sifat fisika yang diukur terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan  diperoleh titik maksimum dan titik minimum sesuai dangan titik stoikiometri sistem yaitu menyatakan perbandingan pereaksi –pereaksinya. Titik maksimum adalah titik (nilai) dimana suatu  reaksi dalam keadaan nilai (titik) suhu tertinggi. Hubungannya  dengan reaksi stoikiometri adalah titik maksimumakan tercapai ketika reaksi yang berlangsung tidak menghasilkan zat sisa atau disebut stoikiometri. Titik minimum adalah titik (nilai) dimana suatu reksi dalam keadaan titik(nilai)suhu terendah. Titik minimum tidak akanterjadi jika suatu reaksi menhasilkan zat sisa.
      Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat perbandingan volume pereaksi-pereaksi dengan suhu campuran pada Grafik 1. stoikiometri sistem NaOH dan HCl, titk maksimum berada pada saat perbandingan volume antara NaOH dan HCl adalah 1:1 dengan suhu canpuran adalah 32oC.titik maksimum sistem ini dapat dilihat dari perhitungan pada perbandingan 1:1, reaktan NaOH 1M dan HCl 1M tepat habis bereaksi, sehingga suhu yang dicapai adalah suhu yang paling maksimal. Titik minimum sistem ini dapat dilihat dari perhitungan pada perbandingan 3:1, reaktan NaOH 1M dan HCl 1M masih terdapat mol NaOH yang tersisa, karena larutan NaOH bersifat basa kuat yang dapat mempengaruhi suhu campuran tersebut.
Grafik 1. stoikiometri sistem NaOH dan HCl


 










      Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat perbandingan volume pereaksi-pereaksi NaOH 1M dan H2SO4 pada grafik 2 stoikiometri sistem tersebut. Titik maksimum berada pada saat perbandingan volume NaOH 1M dan H2SO4 adalah 1:3 dengan suhu campuran sebesar 32oC, titik maksimum sistem ini tidak sesuai dangan stoikiometri sistem yang dilihat dari pehitungannya dimana reaksi ini masih memiliki 8 mmol zat sisa. Sedangkan pada perbandingan volume antara NaOH 1M dan H2SO4 1M. Titk minimumnya memiliki perbandingan 3:1 dengan suhu 29oC. Seharusnya suhu minimum dari kedua percobaan tersebut tidak sebesar itu, karena semakin sedikit volume asam atau basa yang bersisa maka semakin sedikit hambatan yang diterima campuran untuk mencapai titik maksimum. Keadaan-keadaan yang terjadi ini dikarenakan oleh suhu ruangan yang mengalami perubahan pada saat melakukan percobaan yang dibuktikan dengan bervariasinya suhu asam dan suhu basa.

Grafik 2. stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4


 










Pada percobaan stoikiometri kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang mempengaruhi dalam penghambatan antar lain:
·         Kurang teliti dalam melakukan perhitungan atau membaca skala pada termomether.
·         Kesalahan dalam penggunaan termomether, yaitu pada saat melakukan perhitungan suhu, termomether tidak boleh menyentuh tubuh.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
     Reaksi stoikiometri adalah proses reaksi dimana jumlah mol mula-mula seluruh reaktan habis pada saat bereaksi, sehingga tidak memiliki mol sisa. Sedangkan reaksi non-stoikiometri merupakan reaksi dimana masih terdapat mol sisa dari reaktan setelah terjadi reaksi.
     Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepas kalor dari sistem ke lingkungan bertambah, dan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan ke sistem sehingga suhu lingkungan berkurang.
     Titik minimum adalah titik yang menunjukkan suhu campuran terendah dari beberapa suhu lainnya yang di ukur dari dua zat yang bereaksi pada volume yang sama. Sedangkan titik maksimum adalah titik yang menunjukkan suhu campuran tertinggi dari beberapa suhu campuran lainnya yang yang diukur dari dua zat yang bereaksi pada volume yang sama.

 5.2 Sarans
      Dalam percobaan stoikiometri ini sebaiknya termoether yang digunakan untuk mengukur larutan, masing-masing satu termometer untuk mengukur satu larutan agar hasil yang di dapat lebih optimal.









DAFTAR PUSTAKA

Anna, P.1988.Dasar-Dasar Ilmu Biokimia.Bandung:Yaasan Cendrawasih.
Charles, W.1992.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Keenan,dkk.1999.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga.
Kitti,Surra.1993.Kimia Fisika Untuk Universitas.Jakarta: Gramedi Pustaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar