Translate

Sabtu, 01 Oktober 2011

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PERCOBAAN KE 2 PEMBUATAN LARUTAN

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN KE 2
PEMBUATAN LARUTAN


Disusun Oleh
KELOMPOK 1B
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
1.      ASWAR                                                       1009025059
2.      DIPPO SUSETYO NUGROHO                       1009025016
3.      HAFID RADATYA                                           1009025015               
4.      SADDAM BUSTOMY                                       1009025058


                                          Samarinda, 20 Desember 2010
Menyetujui,
Pembimbing Praktikum                                                             Asisten Praktikum,



Noor Hindryawati.S.Pd, M.Si                                                   Resky Safitri
NIP. 132.278.212                                                             NIM. 0707035054  


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Banyak bahan kimia yang digunakan untuk praktikum berbentuk larutan. Untuk membuat larutan pada umumnya digunakan pelarut air. Ada beberapa larutan yang menggunakan pelarut lain.
Sebenarnya larutan terjadi jika atom, molekul, atau ion dari suatu zat semuanya terdispersi (larut). Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (solute) dan pelarut (solven). Untuk larutan gula dalam air, gula merupakan zat terlarut dan pelarutnya adalah air. Untuk larutan alcohol dalam air, tergantung dari banyaknya zat yang paling dominant. Karena itu dapat dikatakan larutan air dalam alkohol atau larutan alkohol dalam air.
Larutan hendaknya dibuat secukupnya saja, misalkan untuk keperluan satu semester. Tetapi harus diingat bahwa ada larutan yang tidak tahan disimpan lama, misal larutan kanji, larutan kalium heksasianoferat (III) dan lain-lain. Larutan-larutan semacam ini hendaknya dibuat seandainya akan digunakan. Jenis serta banyaknya larutan yang dibuat bergantung pada jumlah percobaan yang akan dilakukan serta jumlah praktikan yang akan melakukan percobaan itu.
Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan tentang pembuatan larutan dimana praktikan diharapkan dapat mengetahui serta memahami tentang konsentrasi suatu larutan yang ada atau yang akan dibuat. Dalam hal ini akan diketahui apakah larutan tersebut akan terlarut sempurna atau tidak.
Dalam percobaan ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun prosedur ketika mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya telah ditentukan terlebih dahulu. Percobaan ini akan membahas mengenai konsentrasi larutan yang dapat dinyatakan dengan beberapa cara antara lain : molaritas, molalitas, normalitas, persen berat dan volum, ppm dan lain sebagainya.
1.2  Tujuan
     Mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan konsentrasi tertentu.
     Mengetahui perbedaan larutan jenuh dengen larutan tidak jenuh.
     Mengetahui perbedaan larutan homogen dengan larutan heterogen.


























BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut. Faktor yang mempengruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan, sifat zat, suhu, dan luas permukaan.
Semua gas pada umumnya dapat bercampur dengan sesamanya (misibel). Karena itu semua campuran gas adalah larutan. Meskipun demikian campuran fase gas jarak pisah antaranya molekul relative jauh, sehingga tidak dapat saling tarik-menarik secara efektif. Larutan dapat berfase padat, dalam larutan pada pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan tertentu dimana atom terlarut mengerahkan beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain. Atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi pelarut. Pembentukan larutan padat ini terjadi apabila atom terlarut cukup kecil utnuk memasuki lubang-lubang dan diantara atom pelarut.
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan pelarutmya.

2.2 Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume.
Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus menyatakan hal-hal sebgai berikut :
a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi.
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:
  1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
  2. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan :
                                                      M1V1 = M2V1
M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan
M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan
V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan
Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:
  1. Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar. Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1 molar dan ditulis 1 M.




           n
M =      
           V
 
Rumus Molaritas
Ket                                        Ket : M = Molarits
                                                        n = mol
                                                       V = volume dalam larutan

atau

           g         1000
M =           X  
           Mr       V
 
                                        Ket : g = massa zat terlarut
                                                                     Mr = massa relatif zat terlarut
                                                                     V = volum dalam ml


Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer. Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit ketergantungan pada suhu. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volume berubah sedangkam mol akan tetap sehingga molaritas akan berubah.
  1. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas tidak ada volume, namun massa yang tidak berepengaruh pada suhu.
Rumus molalitas




 m = n
        P
 
 

                                      Ket : m = molalitas
                                                n = mol
                                               P = massa pelarut (Kg)

atau

           g          1000
 m =           X 
          Mr             P
 
                          Ket :  g = massa terlarut
                                                                Mr = massa relatif terlarut
                                             P = massa pelarut (Kg)

  1. Persen Massa
Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b), menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan
Rumus persen massa :
% massa =
 
x 100 %
 
  massa zat terlarut                     
                           massa larutan
  1. Persen Volume
Persen volume atau persen volum per volum (% V/V) menyatakan jumlah zat terlarut dalam 100 bagian volume larutan.
Rumus persen volume


 

x 100 %
 
% volume =
 
                           Volume zat terlarut  
                              Volume larutan

  1. ppm
ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta bagian campuran.
Rumus ppm :                 


 

ppm massa =
 
x 100 %
 
                              massa zat terlarut (komponen)   
                                   massa larutan (campuran)

ppm volume =
 
x 100 %
 
                                 massa zat terlarut (komponen)  
                                  massa larutan (campuran)

  1. Fraksi Mol
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut).
Rumus Fraksi mol :
larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.







 

XA =
 
        nA                                   Ket : XA  = fraksi mol pelarut
                     nA  + nB                             nA  = mol zat terlarut
                                                               nB  = mol zat pelarut       
  1. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivelen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal.
Rumus Normalitas :
            N  =       grek         atau       N  =    1000  x      gr    x   valensi
                         V                                        V           Mr
            Valensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam dan   basa) yang dilepaskan.

2.3  Komponen Larutan
Suatu larutan terdiri atas dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah zat yang lebih banyak disebut pelarut (solvent). Pelarut dipandang sebagai pembawa atau medium zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia. Kemudian, komponen lainnya yang mengandung zat yang lebih sedikit disebut zat terlarut (solute). Kedua komponen dalam larutan dapat sebagai pelarut atau terlarut tergantung komposisinya. Larutan di bagi menjadi tiga jenis yitu:
  1. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
  2. larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.
  3. Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute yang diperlukan dari pada solvent.
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut dibedakan menjadi dua yaitu:
  1. Larutan pekat merupakan larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute.
  2. Larutan encer merupakan larutan yang relatif sedikit mengandung solute.


2.4  Pembuatan Larutan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.

2.5  Prinsip Kelarutan
Dua senyawa dapat bercampur (micible) lebih mudah bila gaya tarik antar molekul terlarut dan pelarut semakin besar. Besarnya gaya tairk ini ditentukan oleh jenis ikatan pada masing- masing molekul. Bila gaya tari antara molekulnya termasuk dalam kelompok yang sama (misalnya air dan etanol), maka keduanya akan saling melarutkan. Sedangkan bila kekuatan gaya tarik antara molekulnya berbeda jenis (misalnya air dan heksana), maka tidak akan saling melarutkan.
Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan ”Like Dissolves Like,” yaitu jika molekul terlarut dalam pelarut mirip, maka akan mudah bercampur. Secara umum, terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa non polar, dan senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke dalam pelarut polar. Dengan kata lain ”sejenis melarutakan sejenis,” dimana sejenis di sini menunjukkan persamaan dalam hal kekuatan gaya tarik antara molekulnya.




BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Alat dan Bahan
3.1.1        Alat
     Batang pengaduk
     Corong kaca
     Enlemeyer
     Gelas kimia 100 mL
     Labu takar 100 mL
     Neraca analitik
     Pipet tetes
     Pipet ukur 10 mL
     Sendok
3.1.2        Bahan
     Alumunium foil
     Aquadest
     BaCl2
     H2SO4
     Tissu

3.2  Prosedur Percobaan
3.2.1        Pembuatan Larutan BaCl2
     Ditimbang  BaCl2 sebanyak 5,20 gram menggunakan alumunium foil.
     Pindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas kimia 100 mL yang berisi dan telah dibilas dengan aquades
     Tambahkan aquades dan aduk hingga larut sempurna
     Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan corong kaca, dimana hasil bilasannya dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL
     Ditambahkan akuades ke dalam labu takar 100 mL hingga tanda batas dengan menggunakan pipet tetes
     Ditutup labu takar dan dibolak-balikkan labu takar sambil dipegang tutupnya selama beberapa kali.
3.2.2        Pembuatan Larutan H2SO4
     Dipipet 5,6 ml H2SO4 pekat dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml yang telah diisi dengan akuades sebanyak 50 ml.
     Dibiarkan hingga labu takar terasa dingin, kemudian ditambahkan akuades  hingga tinggi permukaan larutan 0,5 cm hingga 1 cm
     Keringkan aquades yang menempel pada leher labu takar dengan menggunakan tiisu
     Dengan menggunakan pipet tetes tambahkan aquades hingga tanda batas
     Ditutup labu takar dan dibolak-balikkan labu takar sambil dipegang
     tutupnya selama beberapa kali.















BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penganmatan
No.
Percobaan
Pengamatan
1













2








Larutan BaCl2
-          Dihitung berapa gram BaCl2 yang dibutuhkan
-          Ditimbang
-          Dilarutkan dengan aquades sampai 250 mL dalam labu takar
-          Dihomogenkan






Larutan H2SO4
-          Dihitung volume H2SO4 pekat sesuai konsentrasi yang diinginkan
-          Diambil H2SO4 pekat dengan pipet ukur
-          Dilarutkan dengan aquades sampai 100 mL dalam labu takar
-          Diamati
-          Dik ; M = 0,1 M ; Mr BaCl2 = 208 ; Vair = 250 mL
Dit = gram…..?
Penyelesaian
M = (gr/Mr)x(1000/ Vair)
0,1 = (gr/208)x(1000/250)
20,8 = 4 x gr
Gr = 20,8/4
Gr = 5,2 gram
-          BaCl2  ditmbang sebanyak 5,20 gram
-          BaCl2 larut dalam aquades
-          Larutan berwarna bening

-          Dik ; M1 = 1 M , M2 = 18 M
V1 = 100 mL
Dit = V2=....mL?
Penyelsaian
V1 x M1= V2 M2
100 (1) = V2 x M2
100 =  V2 x 18
V2 = 100/18
V2 = 5,6 mL
-          H2SO4 berwarna coklat bening dan berbau tajam
-          Setelah di larutkan labu takar terasa panas
-          Larutan H2SO4 pekat bening dan baunya bekurang (tidak berbau tajam)

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Pembuatan Larutan BaCl2
Dik : M = 0,1 M
         Mr BaCl2 = 208
         Vair = 250 mL
Dit : gr = ……. Gram
Penyelesaian:
M = (gr/Mr)x(1000/ Vair)
0,1 = (gr/208)x(1000/250)
20,8 = 4 x gr
Gr = 20,8/4
Gr = 5,2 gram
4.2.2 Perhitungan Pembuatan Larutan H2SO4
Dik ; M1 = 1 M , M2 = 18 M
V1 = 100 mL
Dit = V2=....mL?
Penyelsaian:
V1 x M1= V2 M2
100 (1) = V2 x M2
100 =  V2 x 18
V2 = 100/18
V2 = 5,6 mL



4.3 Pembahasan
Larutan merupakan campuran homogen dari molekul atom ion dari dua zat atau lebih, karena susunannya dapat berubah-ubah larutan sering disebut juga sebagai campuran. Larutan terdiri dari zat yang terlarut(solute) dan pelarut(solvent). Solute disebut sebagai fase dalam (fase terdispersi) karena berada dalam jumlah sedikit sedangkan solvent di sebut sebagai fase luar (fase pendispersi) karena memiliki jumlah lebih banyak di bandingkan solute. Dalam percobaan yang dilakukan adalah pembuatan larutan BaCl2 yang dilarutkan dalam air dan pembuatan H2SO4 yang diencerkan dengan air, dimana BaCl2 dan H2SO4 pekat adalah solute dan air adalah solvent.
Campuran adalah penggabungan dia atau lebih zat dimana dalam penggabungan ini, zat-zat tersebut mempertahankan identitas masing-masing. Berdasarkan sifatnya, campuran dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
  1. Campuran homogen, merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam campuran homogenmempunyai sifat yang sama.
  2. Campuran heterogen, merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang tidak dapat bercampur satu dengan yang lain secara sehingga dapat dibedakan partikel sifat dari zat yang tercampur tersebut, seperti bentuk dan warna.
Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu. Dalam menghitung knsentrasi dapat dinyatakan dengan molaritas, molalitas, normalitas, fraksi mol (x), persen beratppm dan mg persen. Konsentrasi merupakan perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.
  1. Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar. Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1 molar dan ditulis 1 M.

           n
M =      
           V
 
Rumus Molaritas
Ket                                        Ket : M = Molarits
                                                        n = mol
                                                       V = volume dalam larutan

atau

           g         1000
M =           X  
           Mr       V
 
                                        Ket : g = massa zat terlarut
                                                                     Mr = massa relatif zat terlarut
                                                                     V = volum dalam ml


Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer. Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit ketergantungan pada suhu. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volume berubah sedangkam mol akan tetap sehingga molaritas akan berubah.
  1. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas tidak ada volume, namun massa yang tidak berepengaruh pada suhu.
Rumus molalitas




 m = n
        P
 
 

                                      Ket : m = molalitas
                                                n = mol
                                               P = massa pelarut (Kg)

atau
           g          1000
 m =           X 
          Mr             P
 
                                                        Ket :  g = massa terlarut
                                                                  Mr = massa relatif terlarut
                                                                  P = massa pelarut (Kg)

  1. Persen Massa
Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b), menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan
Rumus persen massa :
% massa =
 
x 100 %
 
  massa zat terlarut                     
                           massa larutan
  1. Persen Volume
Persen volume atau persen volum per volum (% V/V) menyatakan jumlah zat terlarut dalam 100 bagian volume larutan.
Rumus persen volume


 

x 100 %
 
% volume =
 
                           Volume zat terlarut  
                              Volume larutan

  1. ppm
ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta bagian campuran.
Rumus ppm :                 
ppm massa =
 
x 100 %
 
                              massa zat terlarut (komponen)   
                                   massa larutan (campuran)

ppm volume =
 
x 100 %
 
                                 massa zat terlarut (komponen)  
                                  massa larutan (campuran)

  1. Fraksi Mol
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut).
Rumus Fraksi mol :
larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.


 

XA =
 
        nA                                   Ket : XA  = fraksi mol pelarut
                     nA  + nB                             nA  = mol zat terlarut
                                                               nB  = mol zat pelarut        
  1. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivelen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal.
Rumus Normalitas :
            N  =       grek         atau       N  =    1000  x      gr    x   valensi
                         V                                        V           Mr
Valensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam dan basa) yang dilepaskan.

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Pelarut harus ditambahkan sedikit demi sedikit sampai volume larutan mencapai tanda batas labu takar. Saat pembuatanlarutan H2SO4 terjadi reaksi eksoterm yaitu melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun. Sedangkan untuk reaksi endoterm yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat-zat imia tersebut akan naik.
Proses pembuatan larutan di awali dengan menghitung berapa massa larutan BaCl2 yang dibutuhkan, setelah itu ditimbang agar massa yang dibutuhkan tepat, kemudian dilarutkan dengan aquades dengan tujuan agar larutan BaCl2 larut dengan aquades, dan dimasukkan kedalam labu takar kemudian dihomogenkan berfungsi untuk membuat larutan tercampur dengan sempurna.
Adanya adhesi dan kohesi partikel-partikel atau molekul-molekul zat mengakibatkan adanya sifat-sifat khusus zat cair yang ditempatkan kedalam labu takar yaitu meniskus cekung dan meniskus cembung. Meniskus cekung merupakan tanda batas bawah dimana air dalam labu takar permukaannya cekung, hal ini disebabkan karena kohesi air lebih kecil daripada adhesi air dengan kaca. Meniskus cembung merupakan tanda batas atas dimana air dalam labu takar permukaannya cembung, hal ini disebabkan karena kohesi raksa lebih besar dari adhesi raksa dengan kaca.
Prinsip percobaan pembuatan larutan di dasarkan pada konsentrsi suatu zat yang akan dibuat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi kesalahan yang kecil, maka larutannya tidak akan menjadi larutan yang diinginkan.
Larutan standar primer adalah larutan yang dapat digunakan untuk menghasilkan larutan yang stabil dan konsentrasinya dapat diukur. Larutan ini normalitasnya dapat diketahui dari hasil penimbangan dan pelarutan volume tertentu. Contohnya asam oksalat, boraks, NaCl, seng sulfat.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang stabil atau konsentrasinya tidak dapat dipastikan, normalitsnya baru akan diketahui setelah dilakukan pembakaran dengan larutan standar primer. Contohnya NaOH, H2SO4 dan HCl.
Dalam melakukan percobaan pembuatan larutan terdapat beberapa kesalahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
     Kurang teliti dalam menakar dan menambahkan quades, sehingga melebihi batas ukuran yang telah ditentukan.
     Alat-alat yang telah digunakan,

Pembuatan larutan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya:
     Pembuatan larutan cuka
     Pembuatan kaldu ayam
     Pembuatan sirup dan jus






















BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
     Untuk membuat larutan dari bahan cair dan padat dilakukan dengan cara mencampurkan bahan cair dan padat kedalam gelas kimia, kemudian diaduk.
     Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Sedangkan larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.
     Larutan homogen adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat menjadi sama sifatnya karena bergabung, sedangkan larutan heterogen adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat bercampur, namau masih dapat dibedakan unsur-unsurnya.

5.2 Saran
Diharapkan sebelum melakukan praktikum, praktikan terlebih dahulu mengetahui proses pembuatan larutan agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan larutan










DAFTAR PUSTAKA

Anshary, Irfan. 1999. Kimia Dasar 1. Jakarta: erlangga
Baroroh, Uni, L. U. 2004. Kimia Dasar 1. Banjar Baru: Universitas Lambung Mangkurat.
Gunawan, Adi dan Roewati. 2004. Konsep Dasr Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Petrucci, Ralph, H. 1996. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Bogor: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar